Kamis, 01 November 2012

Sering Berkaca Berjam-jam - Waspadai Penyakit Mental BDD


Sering berkaca berjam-jam? Ya mungkin gak sampe berjam-jam juga sih, mungkin satu jam? Saya pernah...jaman dulu waktu masih ABG. Dan sampai sekarang tiap ada kesempatan atau liat ada kaca atau benda-benda tertentu yang bisa menampilkan bayangan diri, secara reflek langsung deh saya ngaca... Terus ada yang salah gak dengan kebiasaan ini? Kemarin gak sengaja baca di milis, dan mendadak saya jadi kuatir.. Ternyata memang ada suatu kelainan psikologis yang diderita oleh orang-orang yang hobi ngaca...

Mari kita simak rangkumannya ya..

------------------------------------------------
Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah jenis penyakit mental kronis dimana penderita tidak bisa berhenti memikirkan penampilannya dari cacat sedikit pun, meskipun cacat tersebut hanya minor atau hanya bayangannya saja. Penderita BDD akan sangat terobsesi terhadap penampilan dan citra tubuh. Body dysmorphic disorder juga dikenal sebagai dysmorphophobia atau rasa takut memiliki suatu kelainan.

Penderita BDD sering melakukan berbagai hal yang berlebihan hanya untuk mengkamuflase kekurangannya. Misalnya, berdiri berjam-jam di depan cermin atau memakai riasan wajah sebanyak-banyaknya untuk membuat diri mereka merasa lebih baik. Mereka tidak hanya mengkhawatirkan satu bagian tubuh saja, misalnya mata, tetapi juga mengkhawatirkan bagian tubuh lain yang mereka rasa kurang sempurna seperti hidung, mulut, lengan, ukuran payudara, hingga ukuran kelamin.

BDD pada umumnya mulai kelihatan sejak seseorang (baik pria maupun wanita) memasuki masa remaja. Bisa juga sudah ada sejak kecil tetapi belum terdeteksi. pada orang normal, dan kebiasaan ini akan memudar seiring berjalannya waktu dan dengan pembiasaan-pembiasaan dengan bentuk tubuh yang baru. 
(Sampai di sini saya berpikir jangan-jangan dulu saya termasuk penderita BDD)

Tidak semua pemerhati penampilan dapat digolongkan sebagai penderita BDD. Ini adalah beberapa karateristik dari penderita BDD.
  1. Mengalami depresi. Bahkan kemungkinan terburuk adalah mereka bisa bunuh diri.
  2. Menghabiskan 1-5 jam setiap harinya hanya untuk mengurus penampilannya. Hal ini sering dilakukan karena penderita BDD takut dianggap cacat oleh orang lain.
  3. Menghindari keramaian dan penurunan fungsi sosial. Penderita BDD melakukan hal ini karena takut diperhatikan kekurangannya oleh orang lain. Mereka juga mengalami kesulitan dengan teman-teman, keluarga, bahkan pasangannya sendiri. Menurut hasil penelitian penderita BDD mengalami penurunan kinerja hampir dalam semua aspek kehidupan. Ini akibat dari pemikiran takut dianggap cacat oleh orang lain.
  4. Punya kepercayaan diri yang kurang serta konsep diri yang negatif. Bahkan mereka bisa merasa sangat tidak nyaman saat berada di tengah-tengah komunitas karena takut dijauhi, diabaikan, atau tidak diperhatikan sama sekali. Ketakutan ini menyebabkan penderita BDD memiliki banyak sekali ‘ritual’ seperti bercermin berkali-kali, menggunakan rias wajah berkali-kali (mengoles dan menghapusnya, kemudian mengolesnya kembali), melakukan konsultasi ke berbagai dokter kecantikan, melakukan operasi plastik atau penyuntikkan silikon, dan berbagai ‘ritual’ lainnya.
------------------------------------------------------------

Kira-kira seperti itu ciri-cirinya. Untuk penanggulangan masalah BDD ini, bisa Anda simak dalam artikel lengkapnya di link yang saya cantumkan di bagian akhir tulisan ini. Nah sekarang masalahnya, perempuan mana sih yang gak suka ngaca? *tetep sambil ngaca*

1 komentar:

  1. Jadi tahu ada sindrom BDD. Thanks infonya yaa... aku sih kayaknya ga kena ya.. *ngaca*

    BalasHapus