Sering berkaca berjam-jam? Ya mungkin gak sampe berjam-jam juga sih, mungkin satu jam? Saya pernah...jaman dulu waktu masih ABG. Dan sampai sekarang tiap ada kesempatan atau liat ada kaca atau benda-benda tertentu yang bisa menampilkan bayangan diri, secara reflek langsung deh saya ngaca... Terus ada yang salah gak dengan kebiasaan ini? Kemarin gak sengaja baca di milis, dan mendadak saya jadi kuatir.. Ternyata memang ada suatu kelainan psikologis yang diderita oleh orang-orang yang hobi ngaca...
Mari kita simak rangkumannya ya..
------------------------------------------------
Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah jenis penyakit mental kronis
dimana penderita tidak bisa berhenti memikirkan penampilannya dari cacat
sedikit pun, meskipun cacat tersebut hanya minor atau hanya bayangannya
saja. Penderita BDD akan sangat terobsesi terhadap penampilan dan citra
tubuh. Body dysmorphic disorder juga dikenal sebagai dysmorphophobia
atau rasa takut memiliki suatu kelainan.
Penderita BDD sering melakukan berbagai hal yang berlebihan hanya untuk mengkamuflase
kekurangannya. Misalnya, berdiri berjam-jam di depan cermin
atau memakai riasan wajah sebanyak-banyaknya untuk membuat diri mereka
merasa lebih baik. Mereka tidak hanya mengkhawatirkan satu bagian tubuh saja, misalnya mata,
tetapi juga mengkhawatirkan bagian tubuh lain yang mereka rasa kurang
sempurna seperti hidung, mulut, lengan, ukuran payudara, hingga ukuran
kelamin.
BDD pada umumnya mulai kelihatan sejak seseorang (baik pria maupun
wanita) memasuki masa remaja. Bisa juga sudah ada sejak kecil
tetapi belum terdeteksi. pada orang normal, dan kebiasaan ini akan memudar seiring berjalannya
waktu dan dengan pembiasaan-pembiasaan dengan bentuk tubuh yang baru.
(Sampai di sini saya berpikir jangan-jangan dulu saya termasuk penderita BDD)
Tidak semua pemerhati penampilan dapat digolongkan sebagai penderita BDD. Ini adalah beberapa karateristik
dari penderita BDD.
- Mengalami depresi. Bahkan kemungkinan terburuk adalah mereka bisa bunuh diri.
- Menghabiskan 1-5 jam setiap harinya
hanya untuk mengurus penampilannya. Hal ini sering dilakukan karena
penderita BDD takut dianggap cacat oleh orang lain.
- Menghindari keramaian dan penurunan
fungsi sosial. Penderita BDD melakukan hal ini karena takut diperhatikan
kekurangannya oleh orang lain. Mereka juga mengalami kesulitan
dengan teman-teman, keluarga, bahkan pasangannya sendiri. Menurut hasil
penelitian penderita BDD mengalami penurunan kinerja hampir dalam semua
aspek kehidupan. Ini akibat dari pemikiran takut dianggap cacat oleh
orang lain.
- Punya kepercayaan diri yang kurang
serta konsep diri yang negatif. Bahkan mereka bisa merasa sangat tidak
nyaman saat berada di tengah-tengah komunitas karena takut dijauhi,
diabaikan, atau tidak diperhatikan sama sekali. Ketakutan ini
menyebabkan penderita BDD memiliki banyak sekali ‘ritual’ seperti
bercermin berkali-kali, menggunakan rias wajah berkali-kali (mengoles
dan menghapusnya, kemudian mengolesnya kembali), melakukan konsultasi ke
berbagai dokter kecantikan, melakukan operasi plastik atau penyuntikkan
silikon, dan berbagai ‘ritual’ lainnya.
------------------------------------------------------------
Kira-kira seperti itu ciri-cirinya. Untuk penanggulangan masalah BDD ini, bisa Anda simak dalam artikel lengkapnya di link yang saya cantumkan di bagian akhir tulisan ini. Nah sekarang masalahnya, perempuan mana sih yang gak suka ngaca? *tetep sambil ngaca*
Jadi tahu ada sindrom BDD. Thanks infonya yaa... aku sih kayaknya ga kena ya.. *ngaca*
BalasHapus